SEBAGAI MURID YANG SETIA

 

_“Sebagai murid Socrates yang setia, Plato memandang rendah pencerapan inderawi, yang menurut pandangannya hanya menghasilkan pendapat (opini) dan bukan pengetahuan yang sebenarnya. Betapa berbedanya dengan Al-Quran, yang memandang pendengaran dan penglihatan sebagai anugrah Ilahi yang paling berharga (Qs. 16:78; 23:78; 32:9; 67:23) dan menyatakan bahwa keduanya dimintai tanggung jawab oleh Tuhan atas segala kegiatan mereka di dunia ini (Qs. 17:36). Hal inilah yang luput dari kajian para sarjana Muslim awal akibat pesona spekulasi klasik. Mereka membaca Al-Quran dengan cahaya pemikiran Yunani. Diperlukan waktu lebih dari 200 tahun untuk menyadari, meskipun tidak begitu jelas –bahwa semangat Al-Quran pada dasarnya anti klasik.”_ *(Muhammad Iqbal*, _Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam_ (Bandung: Mizan, 2016), 4).

 

Pendengaran, penglihatan dan hati oleh Allah dijadikan sebagai sarana dan wahana untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Itulah yang dikhabarkan oleh Allah dalam Al-Quran. Maka, ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah diketahui oleh para ulama sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan peradaban. Namun, itu semua adalah buah dari “pendengaran” dan “penglihatan” yang sudah terdidik oleh cahaya Wahyu Ilahi. Maka, teks Al-Quran dan Sunnah yang diolah oleh nalar para ulama’ mampu menghasilkan kemajuan dalam wujud peradaban. Itulah mengapa Allah meminta umat ini untuk benar dalam memungsikan pendengaran, penglihatan dan hatinya. Karena semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.[] (Kamis, 13 Dzulqa‘dah 1442/24 Juni 2021)

__________

@Baitul Hikmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *